Selasa, 08 April 2014

Ada Apa Dengan Angga/Rian?

Angga Pratama dan Rian Agung Saputro adalah pemain yang lolos seleksi masuk pelatnas pada tahun 2009. Sebagai pemain junior, waktu itu mereka dimasukkan ke kelas pratama. Saya merasa pemain-pemain yang dimasukkan di kelas pratama saat itu, yang kini tersisa kurang lebih: Bella, Hera, Angga, Rian Agung, Suci, Tiara, Della, Gebby, Irfan dan Weni adalah KORBAN dari sistem kepelatihan yang salah. Mereka digembleng secara militer di Magelang selama enam bulan tanpa pernah sekali pun diturunkan bertanding di kejuaraaan-kejuaraan bulutangkis. Menurutku ini adalah kesalahan sistem yang fatal. Bagaimana mungkin seorang atlet bisa mengukur kemampuan mereka jika "hanya" diajari baris-berbaris. Mungkin mereka juga dilatih tehnik-tehnik bulutangkis, tapi latihan saja tanpa pernah merasakan atmosfer bertanding adalah hal yang sia-sia. Selepas karantina enam bulan tersebut, mereka tak kunjung dikirim ke turnamen kelas dunia. Mereka hanya dikirim ke sirnas dan Indonesia IC.

Jujur, sebagai pendukung Angga/Rian (sebenarnya Suci/Tiara juga sih), saya sangat kecewa dengan hasil di India Open Super Series 2014 kemarin. Namun saya tidak mau menghakimi, karena saya masih melihat mereka berada di jalur positif. Secara keseluruhan grafik mereka meningkat dari tahun ke tahun sejak dipasangkan. Mereka masih dan sedang berproses. Tahun ini mereka berjuang untuk menaklukkan turnamen Super Series. Dan yang mereka butuhkan adalah dukungan, bukan hujatan. Tapi bukan berarti ini juga sebuah pemakluman untuk kekalahan mereka.

Sangat tidak adil jika membandingkan Ahsan/Hendra yang baru dipasangkan satu tahun tapi sudah bisa berprestasi luar biasa dengan Angga/Rian yang masih berjalan selangkah demi selangkah dan tertatih walau sudah dipasangkan sekitar lima tahun. Tanpa mengecilkan kemampuan Ahsan, pengalaman dan prestasi Hendra sedikit banyak membantu membawa Ahsan terbang ke level tertinggi. Sementara Angga/Rian sejak awal seperti berjalan sendiri, menentukan arah mana yang harus dilalui. Di awal mereka dipasangkan, mereka kurang diberi kesempatan untuk mengikuti turnamen, karena pengurus waktu itu sangat mendewakan Kido/Hendra dan Nova/Liliyana. Bahkan di kejuaraan beregu pun, pemain pratama waktu itu tak diberi kesempatan (hanya Rian dan Suci/Della di TUC 2012) karena mungkin ketakutan pengurus terdahulu yang tak berani mengambil resiko dianggap gagal memenuhi target. Sehingga pemain yang dimasukkan skuad tim adalah pemain-pemain yang sudah sangat senior dan itu-itu saja. Saya sangat senang dengan skuad Sudirman Cup 2013 kemarin yang berani mengambil resiko dengan memasukkan pemain-pemain debutan.

Tak lama selepas Kido/Hendra memutuskan keluar dari pelatnas, Angga/Rian yang masih "hijau" dipromosikan ke kelas utama pada waktu itu (bersamaan dengan Suci/Della). Dengan minimnya pengalaman bertanding, mereka "dipaksa" untuk berprestasi. Alhasil, mereka seperti anak domba yang dilepas ibunya di padang rumput yang luas di musim kemarau, bingung harus melakukan apa. Apalagi mereka juga kehilangan contoh figur berprestasi di pelatnas. Namun, karena sekarang sudah ada lagi contoh figur berprestasi di pelatnas (Ahsan/Hendra), saya rasa mereka sudah mulai mengerti jalan mana yang seharusnya dilewati, apa yang harus dilakukan, hanya saja memang jalannya tak selalu mulus. Selalu saja ada kerikil ataupun duri yang menghadang di sepanjang jalan, yang seiring berjalannya waktu dan bertambahnya pengalaman seharusnya bisa diatasi.

Saya yakin semua setuju bahwa tak ada yang salah dengan kemampuan mereka. Yang menghambat prestasi mereka selama ini adalah faktor non teknis, saya juga tidak tahu apa. Namun yang saya lihat, sepertinya Angga dan Rian kurang akrab di luar lapangan (ini juga terjadi pada Suci dan Tiara). Lain halnya dengan Ahsan dan Hendra yang hampir selalu bersama di luar lapangan (dari foto-foto yang pernah di upload PBSI). Mungkin ini memang personal, tapi sedikit banyak kekompakan di luar lapangan juga berpengaruh di dalam lapangan. Dulu saya pernah membaca artikel ketika Suci/Della juara di Indonesia IC (lupa tahunnya), waktu itu pelatih mereka bilang bahwa Suci dan Della tidak akrab di luar lapangan karena ganda putri tidak menerapkan sistem pasangan bermain harus satu kamar seperti ganda putra. Dari pernyataan itu saya mengira bahwa pasangan ganda putra yang bermain berpasangan sekamar, tapi setelah secara tidak sengaja membaca twit dari sahabatnya Angga (@Guhconk) ketika final Indonesia Open GPG 2013 kalau Angga sekamar dengan Geh dan Rian sekamar dengan Ronald, berarti ganda putra juga tidak menerapkan sistem itu. Selain 'tos', jarang sekali ada interaksi antara Angga dan Rian di lapangan sekarang. Beda ketika di Sudirman Cup lalu saat mengalahkan Cai/Fu, walau juga tak banyak tapi ada komunikasi diantara mereka. Dan hasilnya jelas berbeda. Menurutku, harusnya ada salah satu yang jadi leader diantara mereka dan satu lagi rela untuk tidak menjadi leader. Walaupun Angga lebih muda dari Rian, tapi sepertinya Angga yang bisa menjadi leader karena dia adalah pemain yang mengatur serangan.

Banyak yang bilang Angga/Rian adalah juara tanpa mahkota, saya tidak setuju. Bagi saya, juara tetap harus bermahkota. Saya pribadi masih bersabar menuggu prestasi mereka, karena sekarang mereka sedang berproses. Dan yang saya yakini, "proses" yang panjang akan memberikan "hasil" yang panjang pula. Namun seandainya pelatih merasa harus membongkar pasangan ini, saya juga setuju. Akan tetapi saya tidak setuju jika mereka nantinya "hanya" disilang dengan Ricky/Berry, karena menurut saya itu tak akan mengalami perbedaan yang signifikan seperti halnya dulu Ahsan/ Bona dengan Rian Sukmawan/Yoke. Saya kira pemain yang ganas di depan seperti Angga butuh pemain belakang yang mempunyai smash yang keras seperti Kevin barangkali.Dan Rian bisa dicoba dengan Geh.

Saya sebenarnya berharap ada satu kepala pelatih untuk ganda, agar bisa meredam ego pelatih yang hanya mengizinkan anak didiknya bermain di satu nomor saja (ini pernah saya kirim ke email humas PBSI, entah dibaca atau tidak). Saya sangat senang ketika kepengurusan yang sekarang memainkan rangkap pemain ganda, namun yang saya sayangkan itu hanya berlaku di kelas potensi. Memang regenerasi sangatlah penting, namun pemain potensi belum mampu bersaing di papan atas. Saya setuju jika pemain kelas prestasi seperti Ahsan/Hendra, Owi/Butet, Greysia/Nitya hanya fokus di satu nomor masing-masing, karena umur yang sudah tidak muda lagi dan mereka adalah pemain nomor satu/andalan di Indonesia di masing-masing sektor. Tapi pemain prestasi seperti Angga, Rian, Ricky, Tiara, Suci dan Della saya rasa belum cukup terlambat untuk dimainkan rangkap. Selain bisa meningkatkan permainan mereka, ini juga bisa jadi alternatif lain untuk mencari penerus tongkat estafet Owi/Butet. Memang susah untuk menembus dominasi big four ganda campuran, hanya satu/dua pemain yang bisa dan itu juga hanya sesekali. Dunia belum menemukan pengganti mereka, bahkan Cina masih kesulitan menemukan pengganti Zhang/Zhao dan Xu/Ma. Sekarang Cina sedang menggodok Liu Cheng/ Bao yixin dan Chai Biao/ Tang Jinhua, lalu kenapa kita tidak mencoba dengan Angga/Tiara, Rian/Suci dan Ricky Karanda/Della barangkali. Mungkin saja salah satu dari mereka bisa mengobrak-abrik dominasi big four tersebut. Saya juga tak berani menjaminkan itu, namun saya tak pernah berhenti untuk yakin dan percaya. Kita tak pernah tahu hasilnya jika tak pernah dicoba, bukan? Dan Angga, Rian, Ricky, Tiara, Suci dan Della adalah pemain berbakat yang kurang dimaksimalkan sejak masih di junior. Jangan sampai demi regenerasi, generasi ini "YANG DIKORBANKAN" oleh kepengurusan yang sekarang.

Tapi terlepas dari itu semua, pada akhirnya akan kembali ke pemain-pemain itu sendiri. Jika memang mereka sudah menceburkan diri di dunia yang telah mereka pilih, sudah seharusnya mereka berenang atau menyelam sekalian, bukan hanya main-main di permukaan dan takut basah. Jika memang semuanya sudah dirasa maksimal dan tak membawa mereka ke prestasi terbaik, berarti "Alam" memang tak merestui pilihan mereka ini. Namun sudah selayaknya mereka tetap berbesar hati, paling tidak mereka adalah juara bagi diri mereka sendiri dan orang-orang yang menyayangi mereka. Dan aku secara pribadi, selalu kagum dan salut pada orang-orang yang berani mengambil jalan ini, karena menurutku menjadi atlet adalah keren.

Salam,
@AriOtnaigus