Minggu, 19 Juli 2015

Cinta Sejati

Beberapa tahun yang lalu ketika masih berseragam putih-biru tua, saya masih mempertanyakan adakah cinta sejati itu. Beberapa tahun yang lalu saya menonton film 'Cinta Sejati' yang diangkat dari kisah nyata sepasang suami-istri Bacharuddin Jusuf Habibie dan Hasri Ainun Besari. Namun, beberapa hari yang lalu saya menyaksikan sendiri. Sorot mata kehilangan, sorot mata yang merindu. Entah sinyal apa yang dikirimkan oleh mata itu sehingga mata hatiku menangkap adanya separuh jiwa yang terbawa bersama jasad suami yang barangkali telah menyatu kembali dengan tanah. Apakah ini cinta sejati itu?

Berpuluh-puluh tahun mengarungi peliknya hidup bersama. Membesarkan dan mendidik anak-anak hingga akhirnya satu-persatu mulai memiliki keluarga kecil baru sendiri. Berdua menyaksikan berpuluh cucu tumbuh menjadi anak-anak yang lucu, bahkan beberapa buyut telah hadir untuk melanjutkan pohon kehidupan generasi mereka. Memang tak pernah mudah. Juga tak selalu rukun. Pasang surutnya cinta pastinya dirasakan mereka. Gelombang yang mendera pun mampu dilalui untuk mencapai satu tujuan hidup, kebahagiaan. Tak banyak pasangan yang mendapatkan kesempatan merasakan indahnya hidup bersama selama itu seperti mereka. Namun ternyata, semakin lama sesuatu kita genggam, semakin sulit pula untuk kita melepaskan. Semakin tak mudah bagi kita untuk mengikhlaskan kehilangan ataupun kepergian.

Tentunya mereka pun menyadari, ketika tak ada suatu apapun di dunia ini yang mampu memisahkan mereka, ada satu hal yang tak akan pernah bisa mereka hindari. KehendakNya yang berwujud maut pasti akan hadir ditengah mereka. Hanya masalah waktu yang akan menjawab siapa yang akan melambaikan tangan terlebih dahulu. Entah itu melambangkan kepergian atau kepulangan, yang pasti yang ada diantara mereka kali ini adalah perpisahan.

Tak akan ada yang mampu menambal hati yang tinggal separuh itu. Mungkin saja, ruang kosong itu dia isi dengan rindu yang tak pernah kering. Kesunyian yang tak pernah terputus. Kesepian yang setia menemani. Tapi dia memilih untuk seperti itu, mengenangnya sendirian hingga waktu mempertemukan mereka kembali. Pada keabadian yang mereka yakini.

Apakah ini cinta sejati? Saya juga tidak tahu, karena tak ada sesuatu apapun yang mampu mengukur dan menilai hal tersebut. Tapi barangkali, cinta memang bukan untuk diukur dan dinilai, tapi dirasakan dan dinikmati. Menjalani cinta dengan segala kejutannya, entah membahagiakan atau menyedihkan, mungkin cara terbaik untuk menyukuri apa yang telah diberikan Hidup. Dan saya memutuskan untuk berhenti bertanya, 'Adakah cinta sejati itu?'.

Cinta kita melukiskan sejarah
Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapapun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati



*Barangkali sudah banyak kisah cinta romantis yang kita baca.
Namun, banyak pula kisah cinta di sekitar kita yang sering kita abaikan.



Salam,

@AriOtnaigus :)