Sabtu, 27 Mei 2017

Berselancar di Semesta Supernova

Lengkap sudah anggota keluarga 'Supernova'.
Lebih dari setahun lalu, sesaat setelah tuntas menamatkan buku keenam sekaligus penutup babak Supernova, Inteligensi Embun Pagi, saya berniat untuk membuat catatan ringan (semacam review) untuk buku ini. Banyak hal yang membuatnya tertunda selama ini. Sepanjang itu pula, draf awal tulisan ini, yang baru berdiri dengan dua paragraf waktu itu, teronggok tak tersentuh disini.

Hingga lahirlah karya hibrida dari serial Supernova yang bertajuk Kepingan Supernova yang berisi quote-quote dari buku pertama "Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh" sampai buku terakhirnya "Inteligensi Embun Pagi" awal April lalu, mengantar saya untuk menengok kembali draf yang terabai itu. Tapi, memulai menulis lagi setelah sekian lama tidaklah mudah. Keinginan dan niat untuk menulis selalu ada, namun penghalangnya juga tak pernah reda. Sering ada keraguan tak beralasan. Sering sudah membuka draf, baca sebentar, kemudian bengong dan melamun tak berkesudahan. Diakhiri menutupnya tanpa meninggalkan apa-apa.

Sampai akhirnya saya putuskan untuk merelakan menghapus dua paragraf awal yang sudah terbentuk hari itu. Saya ingin merombak total. Saya tak ingin menulis tentang sudut pandang, alur, setting dan sejenisnya dalam buku IEP. Saya ingin merayakan kepingan puzzle terakhir dari Supernova ini dengan menuliskan kesan yang ditinggalkan para tokohnya dalam diri saya ketika selesai membacanya hingga saat ini. Seperti Mbak Dee yang berbicara tentang karakter yang diciptakannya berdasarkan sudut pandangnya sebagai penulis dalam peluncuran buku IEP, saya juga ingin bertutur tentang mereka menurut kacamata pembaca. Jelas tak akan mewakili semua pembaca karena hal ini sangat subyektif.

Ah, sudahlah. Sudah terlalu panjang curhatan saya diatas. Saya ingin mengawalinya lewat Ichon alias Alfa Sagala. Barangkali Alfa adalah karakter yang paling mudah untuk dicintai bagi pembaca wanita. Digambarkan sebagai cowok yang tampan, pintar dan sukses membuatnya menjadi sosok sempurna yang selama ini banyak diimpikan kaum hawa. Apalagi dia pemimpin dalam gugusnya, menjadikan pesonanya kian benderang di mata perempuan. Terlebih pengorbanannya yang heroik di akhir cerita mampu mengundang kekaguman dan simpati yang tak bisa dibendung, namun tidak bagi saya. Ditengah banjir kehilangan dan ketidakrelaan atas matinya Alfa, saya cuma mau bilang terima kasih padanya. Terima kasih telah menyelamatkan keberlangsungan gugus Asko. Selebihnya biasa saja. Saya masih belum bisa memaafkan perlakuannya terhadap Nicky Evans yang begitu menggemaskan di buku Gelombang. Terima kasih juga buat Mbak Dee yang masih memunculkan nama Nicky Evans di IEP meski tak lebih dari satu paragraf. Peace, untuk para #TeamAlfa dan Mbak Dee sendiri. Tapi begitulah kesan yang ditinggalkan oleh tokoh kesayangan kalian untuk saya. Maaf sebesarnya. Haha..

Berikutnya adalah Etra. Entah apa yang terpikir oleh Mbak Dee kala itu ketika menciptakan nama panggilan yang konyol untuk nama yang sebenarnya sangat keren, Elektra Wijaya. Elektra dan teman-temannya sejak di Petir sudah mampu menggelitik saya bahkan hanya dari sapaan akrab mereka. Mpret, Mi'un, Kewoy, Betsye dan lainnya. Kemudian ada nama kakaknya, Watti dengan dua huruf 't'. Dedi yang seharusnya 'daddy'. Nama asli Mpret dan cowok yang akan dikenalkan Watti untuknya pun tak pelak dengan mudahnya membuat saya terbahak. Tak cukup itu, tingkah konyol mereka terus berlanjut, membawa kisah kocak, seru dan lucu di buku IEP. Tugas mereka sebagai pencair suasana di buku ini sukses. Jika gank ini ada, mungkin saya bisa bergabung dengan mereka. Kita bisa merayakan apa yang diberikan Hidup dengan menertawakannya. Tak semuanya, tetapi setidaknya kita bisa memandang hidup menggunakan lensa yang berbeda. Buat Mpret-Etra, saya tak bisa membayangkan apa jadinya dua orang yang sama-sama cuek, ceplas-ceplos dan slenge'an ini berpacaran. Bagaimana kira-kira gaya pacaran mereka? Tapi, dibalik itu semua, saya justru membaca ketulusan dan kesetiaan di diri mereka berdua.

Selanjutnya, Bodhi Liong. Sepertinya dia adalah tokoh yang bersahabat dan mudah disukai (baca: disegani). Bukan hanya orang-orang di sekelilingnya seperti Bong, Nabil dan Fadil serta anak-anak di komunitas punk-nya, namun juga orang-orang sebelumnya yang pernah ditemuinya di buku Akar. Dari semua peretas di gugus Asko, menurut saya, Bodhi-lah yang paling tersiksa. Selain dialah satu-satunya yang asal-usulnya tak jelas, dia juga mampu melihat hal-hal yang seharusnya tak bisa dilihat kasat mata. Jika Alfa mendapati penglihatan mengerikan di mimpinya setelah acara gondang sehingga dia menghindari tidur dan membuatnya menderita insomnia akut, Bodhi mengalami kebalikannya. Sejak kecil, dia mendapati penglihatan mengerikan ketika kelopak matanya terbuka dan ini tak bisa ia hindari. Bayangkan, bagaimana menakutkannya ketika kamu melihat kotoranmu sendiri seolah hidup. Atau makanan yang hendak kamu makan ternyata diselimuti bakteri yang terpampang jelas di hadapanmu tanpa bantuan apa-apa. Jika Elektra bisa membaca pikiran melalui sentuhan, Bodhi hanya dengan tatapan mata langsung dan ini tak bisa dikendalikannya. Bayangkan, bagaimana tersiksanya berbagi kesakitan yang sama dengan kambing yang disembelih. Tapi setidaknya di IEP terungkap bahwa dulunya dia dan Liong bersepakat bertukar peran. Menarik menantikan jawaban siapa sebenarnya Bodhi. Terlebih Bodhi yang juga masih sangat penasaran dengan dirinya sendiri.

Kemudian Zarah Amala. Partikel cinta, begitulah arti nama indah tersebut. Mungkin, dari semua nama karakter di serial Supernova, nama Zarah Amala menjadi yang terpopuler untuk diadopsi. Sejak buku Partikel terbit sampai saat ini, sering saya jumpai di media sosial banyak yang meminta izin kepada Mbak Dee untuk menggunakan nama itu untuk nama anak mereka. Zarah yang selalu merasa dirinya diciptakan untuk berduka dan terluka sanggup membuat saya jatuh cinta bahkan sebelum Partikel selesai saya baca. Sering saya mencari alasan kenapa Zarah bisa memikat saya dengan begitu cepat. Kisah hidupnya, ketangguhannya atau semata karena logonya berwarna hijau. Saya sangat fanatik dengan warna hijau, tapi semua alasan tadi bukan jawaban yang pas. Sehingga saya memilih ke prinsip awal bahwa menyukai terkadang tak butuh alasan. Zarah memang tangguh menghadapi konflik demi konflik yang menghantamnya, tetapi benar apa kata Zarah, Hara membuat saya terkagum. Bagaimana rasanya menyaksikan orang-orang yang disayangi saling 'meludahi' di pelupuk mata. Lebih sakit dari yang berselisih. Lebih pahit dari yang berseteru. Tapi akhirnya di IEP keluarga ini berbahagia. Zarah berbahagia. Langit di hatinya tak lagi abu-abu. Ada seseorang yang mampu menggenapi hatinya bernama Gio.

Bila Mbak Dee pernah berkata dalam sebuah wawancara bahwa dia paling tidak suka dengan karakter Diva Anastasia karena paling sulit dia dekati, kalau saya merasa paling kesulitan memasuki kehidupan Gio Alvarado. Bisa jadi karena diantara semua peretas Gugus Asko, hanya dia yang tak dibikinkan buku sendiri. Kehadirannya yang hanya sepintas di KPBJ dan dilanjutkan muncul sepotong-sepotong hampir di semua seri Supernova, lalu secara tak terduga menjadi salah satu tokoh penting di cerita menyisakan teka-teki yang sulit dicerna. Dimunculkannya orang tuanya di IEP pun tak banyak membantu. Bahkan, di IEP sendiri terdapat dua perspektif tentangnya yang bertolak belakang. Zarah yang menganggap hidup Gio bagai dongeng manis. Sedangkan Jia, mamanya, beranggapan bahwa Gio seperti buku misteri. Saya lebih sepakat dengan mamanya Gio, banyak yang belum terungkap darinya. Mbak Dee sendiri juga pernah menjawab kenapa Gio tak dibuatkan buku khusus dalam sebuah tanya jawab. Disitu Mbak Dee bilang bahwa dia membutuhkan sosok seperti Gio untuk merajut cerita supaya tetap mengalir. Mbak Dee pun berkata kalau saja dia mau, bisa saja di satu waktu nanti dia dapat membuat buku dari sempalan cerita tentang Gio. Saat ini memang kisah hidup Gio, mungkin juga Mpret, yang paling bisa dan memungkinkan untuk diputar ataupun ditarik kemana saja. Bahkan imajinasi liar saya sempat menabrakkan Gio dengan salah satu karakter di Perahu Kertas, Remi. Dalam bayangan saya, Remi adalah teman SD Gio sebelum dirinya pindah ke Brazil.

Segala yang berhubungan dengan Zarah membuat saya khawatir. Saya takut Mbak Dee memutar nasib Gio terlalu keras hingga akan menyakiti Zarah. Gio menjadi sosok yang paling berarti di hidup Zarah saat ini sekaligus yang paling berpotensi melukai perasaannya. Saya siap jika nantinya para anggota Gugus Asko harus berhadapan dalam pertempuran melawan para mantan anggota gugus Kandara seperti Firas, Bong, Ferre dan lainnya. Tapi tidak untuk Gio-Zarah jika kedepannya mereka saling mematahkan hati. Sekarang saja sulit bagi saya membaca Petir dengan perasaan yang sama antara sebelum dan sesudah baca IEP. Dulu sebelum IEP terbit, Bu Sati lovable banget. Sementara sekarang, tiap baca ulang Petir dan tiba di bagian Sati, saya selalu memaki dan mengutuknya dalam hati. Bagaimana jadinya nanti seandainya Gio-Zarah harus dipisahkan dan tak bisa bersama, masih bisakah saya melihat kisah Supernova dengan pandangan yang sama?

Yang terakhir adalah Permata sebagai Peretas Puncak. Anak dari buah cinta Gio dan Zarah ini memang belum terlahir dan belum ada namanya. Tapi dirinya telah muncul setidaknya empat kali di serial Supernova dalam wujud sesosok anak kecil perempuan. Satu di gelombang dalam penglihatan Alfa ketika dia nyaris tenggelam, tiga lainnya di IEP. Dalam IEP, pertama dia hadir di mimpi Jia, kedua di mimpi Gio dan ketiga di Asko saat menemui Gio dan Zarah di akhir cerita. Meski belum digambarkan secara detail, namun diketahui bahwa rambutnya panjang, garis mukanya berbentuk seperti hati dan wajahnya bercahaya. Bahkan di mimpi Gio, anak perempuan itu bermata besar. Ini berarti dia mewarisi mata Zarah.

Tak sabar rasanya menantikan misi besar apa yang akan dibawa Peretas Puncak serta kelanjutan kisah mereka semua. Kita nantikan bersama-sama.

Salam,

Ari
#TeamGioZarah