Minggu, 24 Maret 2013

Kita Ini Apa?

"Waktu terus berjalan. Aku masih saja berdiri diam disini dengan tanya yang belum terjawab. Sampai kapan? Entahlah. Aku menunggu sebuah kepastian."

"Kenapa harus menunggu, Bulan? Jemputlah! Katakanlah apa yang ingin kau tanyakan! Percepatlah kau dapatkan jawabannya! Bukankah menunggu adalah ketidak pastian?"

"Malam, Bintang. Senang kau memerhatikanku. Aku ragu, Bintang. Keingintahuanku sama besarnya dengan ketakutanku. Beri tahu aku, Bintang! Perasaan macam apa ini?"

"Aku juga tak tahu, Bulan. Sebut saja 'Perasaan Tak Bernama'. Legakan keingintahuanmu! Hadapilah ketakutanmu! Dan sempurnakanlah kembali kecantikanmu dengan senyumanmu! Tak pantas dia kau kurung dalam sangkar galaumu."

"Ah, selalu saja kamu yang memancing senyumku. Kenapa harus selalu kamu juga yang hadir disaat kantuk menyapaku?"

"Karena senyum itulah yang menjadi jawaban atas segala rinduku. Senyummulah yang mengundangku dalam bias bayang mimpimu."

"Kau penat di kepalaku sekaligus redam dalam teriakku. Ah, kau menyayatku ketika kau memujiku. Aneh."

"Aku semakin terjerembab dalam rasa kekagumanku akan keindahan kata yang kau ucap. Kata-katamu bagaikan nyawa kehidupanku, nafas yang memberikan arti di tiap langkah perjalananku."

"Mengagumimu bukanlah bahagiaku. Mengagumimu adalah luka bagiku. Karena mengagumimu membuatku ingin mendapatkanmu. Sementara mendapatkanmu seperti aku mencoba menangkap angin. Begitu sulit."

"Kenapa harus begitu? Katamu, aku telah memenuhi ruang hati dan kepalamu. Katamu, hadirku adalah warna dalam mimpimu, cahaya di gelap dan sepimu. Pejamkan matamu! Bentangkan tanganmu! Rasakan sejuk yang mengaliri tubuhmu! Mungkin begitulah caranya menangkap angin."

"Aku membenci diriku yang tak mampu membencimu. Rasa benciku terhenti di batas 'aku butuh kamu'. Aku telah mengalami ketergantungan akan bisikan kata-katamu. Sial."

"Separah itukah aku? Lidahmulah yang menarik lidahku untuk menyemburkan jutaan kata yang aku sendiri tak mampu mengendalikannya. Pesonamu adalah karya berupa sajak kata yang mewujud."

"Cukup, Bintang! Aku ingin menghapus jejak kenangan yang terekam dalam ingatan. Aku ingin memundurkan waktu di titik saat aku menemukan ':)'. Sebaiknya dulu aku mengabaikannya saja."

"Apa sebenarnya yang terjadi, Bulan? Mengapa kau jadi seperti ini? Kau seperti menyesali perkenalan tanpa jabat tangan kita. Apa yang salah dariku? Katakanlah! Bulan, aku minta maaf."

"Kau begitu pandai melambungkan perasaan. Tapi kenapa hatimu tak peka membaca rasa?"

"Kepalaku seperti dihantam batu besar. Aku bingung. Kalau kau tak mau memberitahu apa salahku padamu. Harus dengan siapa lagi aku bertanya?"

"Kupejam mata mendengarkan kata hatiku. Dia bertanya 'sampai kapan lagi kau menanti?'. Berbicaralah dengan hatimu!"

"Hati dan kepalaku terlalu sesak dengan tanya. Aku tak sanggup mengajak mereka berpikir lagi. Ternyata kegundahanmulah yang mencekikku, sehingga aku tak mampu bernafas karenanya. Gelisah hatimu seolah memotong lidahku, aku tak dapat berkata-kata lagi."

"Hadirmu di hariku, walau hanya di dunia maya, namun telah mempermainkan rasaku. Sekarang aku butuh kepastianmu, Bintang. Kita ini apa?"

"Kau adalah Bulan. Sementara aku Bintang yang terus berjalan. Biarlah kita, waktu yang tentukan."

"Itu tidak lucu, Bintang. Kenapa kau selalu menyerahkan segalanya pada waktu? Kita bukan budak waktu. Kita ini apa?"
"Kita adalah orang yang hidup di bawah langit cinta, berpijak pada kasih. Kita berjalan diantaranya. Ada kenangan di belakang kita, ada mimpi dan harapan di depan kita. Kita bersahabat dengan waktu, melangkah bersama doa."

"Itu bukan jawaban. Aku butuh kepastian. Kita ini apa, Bintang?"

"Jangan berpura-pura tak mengerti, Bintang. Kita ini apa?"

"Bintang, kita ini apa?"

"Kita ini apa? T_T"





@AriOtnaigus

Minggu, 17 Maret 2013

Kau (Masih) Puisi

"Kembali teringat raut wajahmu di angan.. Taburan cinta mengikuti sebuah senyuman.. Tapi dalam hati ini tak bisa ungkapkan.. Nyaliku menciut terlalu siang tuk diucapkan.. ~ Bunga (@BondanF2B)"

"Malam kehadiran cinta sambut jiwa baru.. Telah lama kutunggu hadirmu disini.. Namun hanya ruang semu yang nampak padaku.. Meski sulit harus kudapatkan.. ~ Kau Auraku (@ADA_INDONESIA)"

"Selamat malam, Bulan. CAHAYA SEJATI yang tak pernah lelah menyinari. Pancaran hangat yang mendamaikan hati. :)"

"Malam, Bintang. KAULAH, NYAWA HIDUPKU yang telah mencuri AKAL SEHATku. Berhadapan denganmu membuatku mengawang, seakan lupa bahwa aku berpijak pada daratan."

"Aku senang mendengar kau baik-baik saja. Tapi kemana senyummu kali ini, Bulan? Hanya lengkung kehangatan itulah yang mampu menghapuskan satu kecemasanku. XPRESIKANlah, Bulan!"

"Apakah kau lupa kalau senyumku kau bawa di sakumu. Aku hanya bersama rindu yang tak pernah kau tengok. Tahukah kamu? Aku menangis SENDIRI disini."

"Hmm..maafkan aku yang tak mengertimu. Aku TAK SEMPURNA. Tak bisa membaca perasaanmu. Kini kukembalikan hiasan terindah wajahmu, karena disitulah tempat terbaknya."

"Karena wanita ingin dimengerti.. Lewat tutur lembut dan laku agung.. Karena wanita ingin dimengerti.. Manjakan dia dengan kasih sayang.. ~ Karena Wanita (ADA BAND)"

"Gak hanya cewek yang ingin dimengerti.. Bukan hanya cowok yang ingin dicintai.. Jika waktu yang berputar tak kembali.. Apa arti sayang bila sudah tak berarti.. ~ U'll Sorry (BondanF2B)"

"Bintang, jika bersamamu aku tak akan bertanya 'KEMANAKAH kita melangkah?', karena aku yakin kau akan membawaku ke JALAN CAHAYA menuju SURGA CINTA. Aku dan kamu bahagia dalam SINGGASANA CINTA."

"You made me so alive.. You give the best for me.. Love and fantasy.. And  I never feel so lonely.. 'Cause you're always here with me.. ~ Not With Me (BondanF2B)"

"Kuyakin kubisa bawamu terbang ke angkasa.. Menembus pelangi lewati langit tujuh bidadari.. Kuyakin ku bisa temani jasadmu sepanjang umurku.. ~ Langit 7 Bidadari (ADA BAND)"

Aku bisa membawamu dari BUMI KE LANGIT, dimana kita lebih mendekat kepada Tuhan, sehingga mungkin saja doa kita lebih cepat dijawabNya. Setidaknya, itu yang kuyakini."

"Kehadiranmu adalah doa yang dikabulkan Tuhan. Disaat itulah aku ingin mencurangi waktu, menghentikan atau melambatkannya. Ah, kau dan waktu sama-sama MISTERI bagiku."

"Sebaiknya kita bersahabat dengan WAKTU, karena dialah yang akan menjawab masa depan. Saat berjalan bersamanya, kita simpan detik kenangan di kotak memory. Kita masih bisa membukanya lagi kan?"

"Aku PEMUJAMU. Aku TERBUAI olehmu. Kau selalu punya 1001 CARA untuk menyamankanku. Aku TAKKAN BISA menolak lagi kalau aku mengagumimu."

"Serupa bunga tanpa mahkota.. Seperti air mineral tanpa O2.. Ku tlaah jauh kembali susunan alam..Menggali artifakmu lebih mendalam.. ~ Tak Sempurna (BondanF2B)"

"Dan bila mentari esok kan bersinar lagi.. Kuingin candamu warnai hariku.. Dan bila esok kau tiada hadir temaniku.. Tak terbayangkan setengah mati kehilanganmu.. ~ Manja (ADA BAND)"

"Aku yang tak begitu mengenal ADA BAND, tak mau manjadi MANUSIA BODOH yang bertanya 'HARUSKAH KUMATI karenamu?' karena aku yakin bila aku tiada, kau pasti ikut melebur bersamaku. :p"

"Aku yang kurang mengerti dengan BondanF2B, hanya ingin berucap 'saat keramahan cinta tak menyapa kita, YA SUDAHLAH.' Aku tetap percaya KITA SELAMANYA dan selamanya adalah kita. :D"

"Kucoba gapai apa yang ku ingin.. Saat ku terjatuh sakit kau adalah aspirin.. Coba menuntunmu agar tetap di dalam track.. Kau catatan terindah di dalam teks.. ~ Kau Puisi (BondanF2B)"

"Walau badai menghadang.. Ingatlah ku kan selalu setia menjagamu.. Berdua kita lewati jalan yang berliku tajam.. Resah yang kau rasakan.. Kan jadi bagian hidupku bersamamu.. Letakkanlah segala lara di pundakku ini.. ~ Masih (ADA BAND)"

"Jika HIDUP BERAWAL DARI MIMPI, aku akan mengawalinya denganmu, karena kamu adalah mmpi yang menghidupkanku."

"Aku tak mau tahu, malam ini kau harus hadir di mimpiku! Bawalah hangat di tangan kananmu dan lelap di tangan kirimu! Aku tak mau mendengar alasan apapun darimu."

"Tidurlah matahariku.. Tinggalkan masa harimu.. Bila malam datang dinginkan jiwa ini.. Tidurlah oh sayang.. Esok pasti kan lebih baik.. ~ Tidurlah (BondanF2B)"

"Terima kasih, Bintang. Kau telah melukiskan kembali senyum di papan rasaku. Kau memang jagonya. Selamat tidur. (:"

"Bulan, kau puisi. :)"

Bintang, kau (masih) puisi. (:"

Bulan dan Bintang, keduanya masih berbagi rasa. Masih merasa nyaman saling melempar kata di dunia maya. Bintang sang penikmat karya Bondan Prakoso & Fade2Black dan Bulan si penyuka musik ADA BAND, kali ini mencurahkan perasaan mereka melalui lirik-lirik dari band kesayangannya.



@AriOtnaigus,

V(^_^)V

~ADA BAND hatiku
BondanF2B jiwaku~


Minggu, 10 Maret 2013

Berawal Dari Status Ber-emoticon ":)"

":)"
":) - (:"

"Hai, kau wanita anggun dibalik senyuman manis. Lengkungan bibirmu menyiratkan keceriaan, pancaran hati yang penuh kasih. :)"

"Selamat malam pria penebar senyum. Terima kasih telah menularkan kehangatan dalam dinginnya malam ini. Sehingga aku merasa yakin, esok pagi mentari pun akan kembali menyuguhkan senyum terhangatnya. (:"

"Mentari pagi yang malu-malu memang terlihat indah. Mempesona. Tapi aku lebih terpikat dengan jingganya senja. Membayangkan diriku duduk dengan seorang wanita menghabiskan sore menikmati matahari tenggelam. Tak perlu banyak bicara. Cukup menghanyutkan diri di keindahannya."

"Mengapa kau tak mengajakku saja? Mungkin aku bukan orang yang pintar menilai indahnya keagungan Tuhan, namun jika kau hanya butuh orang yang mau menemanimu tanpa banyak berkomentar, aku adalah pilihan yang tepat untukmu. Barangkali saja."

"Ah, tahukah kamu, aku baru saja memikirkannya, Aku sedang memilih kata yang tepat untuk menawarkan hal itu. Jika memang begini, rasanya aku tak perlu repot-repot untuk menangkap kata dan menyusunnya."

"Ya Tuhan, aku baru sadar kalau sejak tadi kau telah memuntahkan kata-kata dan entah mengapa aku tak merasa jijik untuk mencernanya di kepalaku."

"Apa kau tak terlalu berlebihan? Aku bukanlah perangkai kata. Aku hanyalah orang yang mengagumi rangkaian kata indah. Itu saja."

"Kau boleh tak menyadarinya. Akan tetapi, jika aku boleh mengandaikanmu sebagai perangkai kata, izinkanlah aku menjadi kata yang kau rangkai! Buatlah aku terdengar indah! Itupun kalau kau mau."

"Bila kau telah menasbihkan dirimu sebagai kata. Aku tak mau menjadi imbuhan, karena aku tak ingin mengubah artimu. Tetaplah menjadi kata dasar! Tanpa awalan. Tanpa akhiran."

"Mulai detik ini kau telah menyiksaku. Segera jemputlah aku! Aku sudah tak sabar menemanimu menikmati senja. Kita bunuh sepi kita bersama."

"Bersabarlah! Aku baru menyiapkan bekal untuk perjalanan kita. Saat ini pejamkanlah matamu! Aku akan selalu hadir di setiap gelapmu."

"Pintuku akan selalu kubiarka terbuka, hingga kau tak perlu susah-susah mengetuk pintu saat kau telah tiba di gerbang hatiku. Aku akan ada di balik pintu dengan senyum dan sapaan 'selamat datang'."

"Aku sedang berlayar menujumu. Dengan jaring kebahagiaan yang kubawa, akan kutangkap banyak cinta yang tersebar di luasnya lautan untukmu."

"Menunggu keadiranmu pasti takkan pernah nyaman bagiku. Bersegeralah! Tak usah banyak-banyak cinta yang kau bawa, cukuplah segenggam dan aku akan membingkainya dengan kasih."

"Setelah aku sampai di hatimu, aku akan segera mengajakmu berlayar mengarungi samudra kehidupan menuju senja, bayangan surga yang kita damba."

"Maafkan aku, aku takut berada di tengah samudra. Aku takut ombak menggulung cinta, menghempaskan dirimu dan diriku dan menenggelamkan senyum kita. Aku takut berlayar, meski kau ada di sampingku."

"Kalau begitu,kau tak perlu khawatir. Aku sudah menyiapkan kedua sayapku. Kan ku dekap dirimu dan kubawa kau terbang bersamaku. Awan-awan pasti bersedia menjadi pengiring dan payung teduh kita. Tak ada yang bisa menghalangi, karena burung-burung akan mengawal perjalanan kita. Akan kupinta seekor kupu-kupu cantik hinggap di rambutmu sebagai hiasan penguat kecantikanmu."

"Ah, aku merasa tersanjung karenamu. Tapi, kenapa kita tak berjalan saja? Selangkah demi selangkah. Memberikan arti di tiap detik waktu kebersamaan kita."

"Apa kau tak akan merasa lelah? Karena aku tak mungkin mampu menggendongmu di sepanjang perjalanan yang kita lewati. Lagipula aku bukan penunjuk jalan yang baik, aku takut kita teresat."

"Aku tak selalu butuh punggungmu untuk menggendongku. Aku hanya butuh tanganmu. Berjalan disampingmu bergandengan tangan lebih menenangkanku. Bukankah tujuan kita kebahagiaan? Kalau bersamamu adalah bahagiaku, rasanya tak ada istilah tersesat."

"Berarti, tugasku adalah membersihkan jalan kita dari duri duka dan kerikil benci. Apa itu cukup?"

"Aku rasa cukup. Hanya saja, mungkin aku tak selalu berjalan di belakangmu atau di sampingmu, sesekali aku ingin melompat-lompat di depanmu atau menari indah di hadapanmu."

"Tentu saja. Aku butuh teriakmu jika aku terlalu cepat melangkah meninggalkanmu dan aku perlu kata-kata semangatmu bila aku sudah terlalu capek untuk berjalan."

"Kita akan istirahat bersama, karena jeda kita adalah rindu. Aku harap kau tak marah jika aku membentakmu bagai petir, menggerutuimu seperti gemuruh karena kau terlalu sibuk dengan duniamu sehingga melupakan adaku."

"Imajinasi lamunanku hanyalah kamu. Petir bentakmu dan gemuruh gerutumu adalah nyanyian terpuitis hatimu di telingaku."

"Aku ingin hujan segera reda. Aku sudah tak sabar melihat lengkung pelangi yang akan menyempurnakan kebahagiaan kita."

"Aku tak akan membiarkanmu berada di tengah hujan. Aku tak ingin kau membohongiku. Aku tak ingin kau menyamarkan air matamu. Bila kau ingin menangis, kau hanya boleh menangis di pelukanku."

"Air mataku pasti tangis bahagia. Tapi jika ternyata dengan menangis aku bisa mendapatkan pelukmu, aku pasti rela ribuan liter air tumpah dari mataku."

"Ada bahu untukmu bersandar, ada pelukan nyaman yang menghangatkan, ada nafas cinta yang mendamaikanmu. Tak perlu kau bayar dengan apapun, simpanlah air matamu untuk sesuatu yang tepat saja!"

"Aku bisa saja berpikir kalau bukan aku saja yang kau sirami kata-kata surga. Bukan aku saja yang melayang karena mutiara kata bersayapmu, namun entah kenapa aku menolak memikirkannya."

"Kau memang bukan satu-satunya. Tapi pintu hatimu adalah satu-satunya jalan yang kulihat ada mimpi, harapan dan masa depanku di dalamnya."

"Mungkin saja setiap kata darimu adalah pisau tajam yang akan menghujam jantung hatiku, mengoyak mimpi dan harapanku, membunuh rasaku dan menguburkan kebahagiaanku. Seandainya bisa, aku ingin berpaling darimu.Akan tetapi, lagi-lagi kata-katamu bagaikan magnet yang menarik kuat hati dan senyumku untuk kupersembahkan padamu."

"Bisa saja aku mengindahkanmu menjadi apa saja yang menyenangkanku dan menenangkanmu. Tapi aku menghindarinya, mengandaikanmu sama saja aku memberikan topeng untukmu. Sementara aku menyukaimu apa adanya kamu. Tanpa perjanjian, tanpa alasan, tanpa syarat."

"Hati wanita mana yang tak luluh dengan kata-katamu. Aku ingin segera tertidur dan memimpikanmu, bukan aku bosan atau tak mau lagi mendengar syair surgamu. Hanya saja, aku tak ingin cepat hilang, meleleh karena bisikan kata-katamu. Aku masih ingin mendengar celoteh dan kicauanmu lebih banyak lagi. Aku masih ingin mendapatkan debaran sensasi seperti malam ini."

"Aku pun tak ingin kau menjadi mual karenaku, menjadi penat karena khayalan kita."

"Malam ini pasti aku terlelap dalam tidurku. Terhangatkan oleh selimut kata-katamu."

"Malam ini pun aku ingin menghamburkan kata-katamu di kepalaku. Membiarkannya bermain-main, melompat riang dan aku akan merapikannya kembali dalam mimpiku."

"Akan ada malaikat yang akan menghubungkan mimpi kita, yang ikut tersenyum bersama kita."

"Rasanya ada yang terlupa di percakapan panjang kita. Kita belum saling menyebut nama. Memang 'apalah arti sebuah nama?' Namun bukankah tak ada salahnya? Aku, BINTANG. :)"

"Apakah ini kebetulan? Aku, BULAN. Kita sama-sama penghias malam. (:"

"Ya, kita adalah pewarna dunia kita. Selamat tidur, Bulan. :)"

"Selamat malam, Bintang. (:"


Perkenalan tanpa jabat tangan antara dua insan manusia di dunia maya, satu generasi Adam dan satunya kaum Hawa. Keduanya merasa nyaman saling melempar kata. Keduanya berbahagia. Keduanya tersenyum. :)


Penyelam kata,

@AriOtnaigus