Jumat, 24 Januari 2014

Keyakinan Kita

Untuk Teresha,

Dalam hancurnya hati aku berdiri
Menyaksikan punggungmu yang semakin menjauh hilang
Meninggalkan jejak langkah yang tak semestinya lagi aku lacak

Disaat kita percaya dengan masa depan
Keyakinan meragukan kita untuk selalu bersatu
Bagaimana mungkin pertanyaan tentang ketidakadilan melagu merdu
Padahal mereka tahu bayangan kita terekat dalam pelukan

Sementara aku berusaha merelakan kepergianmu
Air mata mengantarkan kepulanganmu ke dekapannya
Kita yang tak pernah paham dengan rencana takdir
Kemudian tergagap dengan kenyataan yang menghalang di pelupuk mata
Aku tak mampu mempertahankanmu
Karena sebuah alasan takkan pernah cukup untuk melawan banyaknya ketidaksetujuan

Seandainya saja garis nasib bisa kugoreskan di tanganmu
Akan kuikat simpul berupa genggaman yang menyempurnakan kisah
Tentang cinta yang gugur di musim semi
Waktu tak akan menukar keputusan sebagai penyesalan


Salam,
@AriOtnaigus

Selasa, 14 Januari 2014

Mengapa?, Karena..

Mengapa aku berani berjanji akan selalu disampingmu?
Karena kamu telah bersedia berbagi rasa denganku

Mengapa aku terlihat begitu tangguh?
Karena kamu berdiri di belakangku tanpa lelah

Mengapa aku merasa sangat yakin dengan pilihanku?
Karena kamu adalah satu-satunya jawaban

Mengapa aku tak takut berdiri di tepi jurang?
Karena disitu ada kamu yang menemaniku

Mengapa aku merasa kuat menjalani semua cobaan?
Karena kamu selalu melukiskan senyum di wajahku

Mengapa aku rela melepaskan semua yang ada di genggaman?
Karena dengan memelukmu tanganku sedah terlalu penuh

Mengapa aku tak gentar untuk terus melangkah?
Karena kamu telah mempercayakan jalanmu padaku

Mengapa aku tak ragu dengan masa depanku?
Karena kamu berjalan berdampingan bersamaku

Mengapa banyaknya mengapa menjadi tak mengapa bagiku?
Karena kamu..

Karena kamu disisiku
Semuanya jadi tak mengapa



*terinspirasi dari kisah cinta Dae Jang Geum dan Min Jiong Ho
di Drama Korea Jewel In The Palace. :p

Salam,
@AriOtnaigus

Minggu, 05 Januari 2014

Menunggu Jawabmu

Aku tertahan di tempat ini. Tempat dimana gravitasi tak berlaku disini, semuanya melayang. Di ruang ini tak mudah untuk menyebut hitam ataupun putih. Walaupun aku juga tak begitu yakin kalau itu adalah abu-abu. Disini adalah kamar yang menyediakan banyak pilihan. Satu pilihan akan mengantarkanmu pada sebuah babak baru dalam hidupmu. Tempat ini memang tak pernah nyaman untuk disinggahi berlama-lama. Waktu tak akan pernah berjalan melambat atau berhenti untuk menunggumu. Kepalamu akan terasa berat karena sesuatu akan melecutmu untuk berpacu melawan waktu. Nafasmu semakin sesak dan hidupmu tak akan pernah tenang, diburu oleh hal yang tak akan mengenal lelah untuk mengejar. Air mata akan sering melompat dari matamu untuk menertawakan dan menarikan kebahagiaannya di setiap kesunyian yang tak mampu kau kalahkan. Inilah ruang keraguan. Disinilah tempatmu menentukan pilihan.

Aku masih terjebak di tempat ini. Di dalam penjara yang kuncinya kau sembunyikan, aku berpikir kau sengaja melupakan tempat persembunyiannya. Aku terjerat dalam perangkap kebimbangan hatimu. Aku merasa kamu sengaja menenggelamkan dirimu disini ketika aku melihatmu melemparkan dadu ke udara. Melakukan perjudian dengan enam mata sisinya. Dan aku yakin aku adalah salah satunya. Berkali-kali kau melempar dan tak pernah kau tangkap. Barangkali kamu berharap dadu itu akan terus mengambang di udara. Sehingga kau tak perlu melihat hasil dari pilihanmu yang kau serahkan pada sebuah dadu.

Aku sudah tak tahan lagi. Akan kumudahkan dirimu untuk menentukan. Kali ini aku akan melakukan perjudian sepertimu. Di sakuku hanya ada sebuah koin. Jika dadu terlalu banyak pilihan, koin ini hanya mempunyai dua mata sisi. Di satu sisi aku akan terus bertahan disini, menunggu pilihanmu. Meski pilihan itu mungkin bukan jawaban terbaik untukku. Di sisi lainnya, aku akan meninggalkan tempat ini, melanjutkan perjalanan yang  masih sangat jauh dari tujuan. Namun entah kenapa, aku menyerahkan koin itu kepadamu. Memberikanmu peluang untuk menentukan nasibku sekali lagi.

Ternyata, aku sama sepertimu. Tak cukup berani untuk memilih. Tapi kali ini aku memohon kepadamu, lemparlah koin ini dan tangkaplah. Apapun hasilnya akan aku terima sebagai jawaban. Hanya ada dua pilihan jawaban: ya atau tidak.



Salam,
@AriOtnaigus