Minggu, 03 Februari 2013

Aku (bukan lagi) Lemah

Aku sedang bahagia. Aku ingin menuliskan kebahagiaan itu, namun aku bingung harus memulainya dari mana karena (mungkin) terlalu bahagianya aku. Berada di rumah adalah yang selalu aku rindukan, berada di tengah keluarga tercinta adalah kebahagiaanku yang tak mampu terkalahkan oleh apapun. Aku sadar ternyata aku terlalu banyak mengeluh di tempat rantau, terlalu mudah menyerah, terlalu sering mengaku kalah. Mungkin ini adalah bantahanku akan tulisanku sendiri sebelumnya "Aku Lemah". Sekarang aku menyadari bahwa aku hanya perlu merapikan mimipi-mimpiku yang berserakan, bukan tergesa-gesa untuk membuang atau menguburkannya. Mengapa harus takut dengan batas? Setinggi apapun dinding pembatas, pasti ada celah atau setidaknya banyak cara untuk melintasinya. Mengapa harus merasa kalah dan menyerah sebelum berjuang dan merasakan menang? Aku tak ingin jadi pecundang.

Di rumah ini, orang-orang tercinta membukakan mataku kembali. Aku harus terus berlari mengejar mimpi. Ketika aku tak mampu berlari, aku dapat berjalan perlahan, merangkak atau apapun itu aku harus bergerak walau hanya sejengkal dan tertatih. Terjatuh adalah pengingat agar tak angkuh. Gagal memang membuat mual, namun itulah langkah awal. Jika ternyata mimpi-mimpi berubah menjadi mimpi buruk, aku akan mengingat rumah. Aku akan pulang. Aku akan kembali, bukan untuk menyerah atau kalah. Aku mundur untuk bersyukur, karena di rumah "menyediakan" senyum-senyum tulus, pintu yang selalu terbuka, tangan-tangan yang senantiasa menyambutku dengan ikhlas di keadaan apapun. Rasanya tak ada tempat yang paling nyaman dari rumah. Suasana yang sulit digambarkan, namun selalu ada dalam ingatan. Suasana yang tak akan kau temukan dimanapun. Mungkin kau akan menyadarinya ketika kau meninggalkannya. Rasa rindu dan keinginan terbesar ketika kau jauh darinya adalah rasa rindu akan rumah dan keinginan untuk pulang. :)



Salam,

Ari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar