Senin, 08 April 2013

Percakapan

PERCAKAPAN BUKU TULIS DAN PENA

Pena:
"Apa yang akan kau berikan untukku?"

Buku Tulis:
"Inilah aku. Aku menyediakan lembarn-lembaran kosong untuk kau isi. Kau boleh menulis, menggambar, corat-coret atau apa saja yang kau suka. Bebas. Kaulah yang akan menentukan isi ceritanya. Tapi yang harus kau ingat, kau akan dikenang lewat apa yang kau goreskan."

Pena:
"Bukankah aku dapat menghapus apa yang aku tuliskan?"

Buku Tulis:
"Kau benar. Tapi semuanya tak dapat kembali seperti semula. Ada bekas yang ditinggalkan. Atau barangkali kau tak cukup mampu untuk menghapuskannya, lalu kau hanya mencoba menutupinya saja."

Pena:
"Apakah salah jika aku menghapus kesalahan?"

Buku Tulis:
"Tak ada yang salah jika kau tak mengulang kesalahan yang sama. Jika kau mengulangi kesalahan, apa gunanya kau menghapus? Apa gunanya kau mencoba memperbaiki kesalahan? Kesalahan tak perlu dihapus! Biarkan saja! Anggap itu pengingat dan pelajaran agar lebih hati-hati, lebih waspada, lebih berpikir dahulu sebelum kau menari diatasku menggores tinta."

Pena:
"Kenapa harus ada halaman terakhir?"

Buku Tulis:
"Setiap yang berawal pasti berakhir. Semua cerita akan terhenti pada tamat."

Pena:
"Bolehkah aku melewatkan lembaranmu dalam keadaan kosong?"

Buku Tulis:
"Terserah kau saja. Hanya saja, apakah kau mau melewatkan kesempatanmu tanpa cerita, tanpa sesuatu yang berarti? Jika kau talah sampai di halaman terakhir buku ini tanpa meninggalkan catatan, apakah kau tidak akan menyesal? Nikmatilah setiap perjalananmu! Tak perlu terburu-buru. Jika sudah waktunya perjalananmu tamat, biarkan dia berakhir dengan senyummu."

Pena:
"Apakah aku tak bisa kembali mengisi halaman kosong yang aku tinggalkan?"

Buku Tulis:
"Itu kalau kau masih ada  cukup waktu. Pertanyaannya, apakah kau mau berjalan mundur?"

Pena:
"Maukah kau bersahabat denganku? Menemaniku menuliskan cerita indah yang dapat dikenang masa depan.

Buku Tulis:
"Pasti. Kita buat sejarah indah bersama."


PERCAKAPAN SEPASANG SEPATU

Kanan:
"Apa yang kau ingat dari hubungan ini?"

Kiri:
"Kita adlah pasangan yang setia. Kita selalu bersama melewati baik-buruknya jalan yang kita lalui."

Kanan:
"Apakah kau siap jika kita harus berpisah?"

Kiri:
"Kita bukan apa-apa jika sendiri-sendiri. Kita tak berarti lagi jika kita berpisah. Tapi jika itu harus terjadi, yang harus kita ingat adalah kita pernah sedekat ini sebagai pasangan."

Kanan:
"Terima kasih telah bersedia menjadi pasanganku."

Kiri:
"Maaf jika sepanjang menjadi pasanganmu, aku tak cukup baik untukmu. Terima kasih."


PERCAKAPAN WARNA PELANGI

Merah:
"Ini bukan semata keindahan yang kita hasilkan. Bagi kita, ini adalah arti kebersamaan kita yang mewujudkan senyum banyak orang."

Jingga:
Ya, kita adalah satu-kesatuan yang tak mungkin terpisahkan."

Kuning:
"Kita bukan menyeragamkan keanekaragaman, namun menyatukan perbedaan. Mungkin itulah yang mengindahkan kita."

Hijau:
"Jika kita harus terpisah, semoga itu atas kehendakNya."

Biru:
"Benar. Jika Dia menginginkan menghapus salah satu atau beberapa diantara kita, yang harus kita ingat adalah kita pernah menjadi satu keluarga yang sangat indah."

Nila:
"Aku tidak bisa membayangkan, apakah kita mampu membahagiakan banyak orang bila kita sendiri-sendiri?"

Ungu:
"Pastinya tak sebanyak jika kita bersama."

Merah:
"Kita saling melengkapi. Semoga kita tak ingin saling menutupi dan tak ingin terlihat dominan,"

Biru:
"Setidaknya, kita tak pernah ada rasa ingin merusak kebersamaan ini."

Hijau:
"Marilah kita jaga rasa ini! Kita buat kebersamaan kita berarti bagi banyak orang. Kita bagikan kebahagiaan dan senyum kita ke banyak lagi orang."

Kuning:
"Ya, mari kita rapatkan genggaman kita!"




Yang aku ingat, aku menuliskan ini ketika aku sedang berbicara dengan diriku sendiri. Mendengarkan percakapan 'aku' dan 'aku' ternyata menyenangkan. Jika orang lain tak ada yang mau mendengarkan pendapatku, setidaknya aku masih punya diriku sendiri yang mau mendengarkan. Dia lebih jujur. Setidaknya, itu yang kuyakini. Dan aku masih cukup waras untuk menuliskan ini. Setidaknya menurutku.. :)

Salam,

@AriOtnaigus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar