Jumat, 03 Mei 2013

Perempuan Dalam Mimpi (Episode 2)

Perempuan itu, pergi meninggalkanku tanpa senyuman. Tanpa lambaian tangan. Tanpa salam perpisahan. Dia hanya meninggalkan rasa penasaran yang kian mendalam. Tapi tunggu dulu, aku menemukan gumpalan kertas yang diremas dibawah kursi dimana perempuan tadi duduk.Aku segera mengambilnya.

Asap rokok yang kian menyeruak di smoking area ini membuatku yang memang bukan seorang perokok mulai tak nyaman. Aku memutuskan kembali ke no smoking area dimana kopi dan laptop yang kubiarkan terbuka ada disana.

Gambaran mimpi-mimpiku tentangnya kembali memenuhi kepalaku setelah kubaca tulisan di kertas yang kutemukan di bawah kursi dimana perempuan dalam mimpiku tadi duduk. "Aku masih setia disini. Menunggu kepastian."

Tak semua mimpi tentangnya adalah indah, kadang dia hadir sebagai mimpi buruk di tidurku. Itulah kenapa aku sering merasa dilema ketika hendak memejam mata. Di satu sisi, aku merindukan mimpi-mimpi tentangnya. Sementara di sisi lain, aku takut. Sehingga aku terlalu sering melewati malam dengan keterjagaan. Menikmatinya dengan menyesapi sepi yang kian merajam hati. Menunggu pagi menjadi hal yang sangat panjang dan lama untuk kuhadapi sendiri.

Aku mengingat-ingat kembali. Barangkali saja perempuan itu pernah kujumpai di perjalanan hidupku, namun terlupakan olehku.

"Aku hanya terlambat 5 menit. Dan kau sudah tidak ada disini. Sekarang kamu dimana?"

Suara lelaki berkacamata minus yang berperawakan tinggi besar membuyarkan lamunanku tentang perempuan dalam mimpiku. Dia sedang berbicara dengan orang di seberang sana dengan telepon genggamnya. Apakah ini kebetulan? Dia duduk  tepat di kursi dimana perempuan dalam mimpiku tadi duduk.

"Kau selalu saja begitu. Memberikan tanda tanya di tiap jawabanmu. Ini menyakitiku. Ini nggak adil bagiku."

Lelaki itu menghisap rokok yang ada di tangan kirinya, kemudian menghembuskan asapnya.

"Bahkan kau tak mau mendengar alasanku?"
"HALO! HALO! HALO!"

"BAH! ANJING!"

Lelaki itu mengumpat. Nampaknya orang yang di teleponnya di seberang sana, mematikan teleponnya. Setelah mematikan rokoknya, lelaki berkemeja hitam itu meninggalkan kafe dengan perasaan kacau. Raut muka kecewa bercampur marah terlihat di wajahnya. Ah, namun aku tak mau menebak-nebak apa yang dirasakan lelaki itu dan apa yang sebenarnya terjadi antara lelaki itu dan seseorang yang di teleponnya.

Aku menyeruput kopi yang tersisa di cangkir, menutup laptopku, meninggalkan sejumlah uang di meja, kemudian bergegas keluar dari kafe itu.

Aku berharap malam segera datang. Aku sudah tak sabar untuk memasuki dimensi lain. Aku sudah tak sabar memimpikannya. Aku sudah tak sabar menyambut kedatangannya di mimpiku. Rasa takutku sudah kuhapuskan, sehingga yang tersisa hanya kerinduan akan hadirnya di mimpiku. Seandainya boleh memilih, kali ini aku ingin melihatnya tersenyum di mimpiku. Senyum yang tak kudapati di dunia nyata tadi. Dan jika nanti ternyata saat melihat senyumnya harus kutebus dengan air mataku, semoga itu adalah tangis bahagiaku. Semoga itu bukan mimpi burukku.

Perempuan dalam mimpi. Selamat datang. Semoga kau selalu dan tak bosan hadir di mimpiku.


baca "Perempuan Dalam Mimpi (episode 1)" oleh  Bernard Batubara disini:
http://t.co/mVRwQOM9WE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar