Sabtu, 05 Januari 2013

Tak Sempurna

Saat senja datang gantikan siang
Mereka bilang kau malam tanpa bulan
Beda tak sama kau yang tak sempurna
Bagiku kau segalanya murni estetika

Apa yang kau tanam itu yang kau petik
Apa yang kau jalani slalu beri yang terbaik
Impian tentang kau yang tak berbatas
Jauh dari sempurna tapi membekas

Silahkan jadi hakim tuk semua perkara
Keterbatasan ini tulus jalankan cinta
Terhina dalam hati tersudut karna beda
Kau sosok tak sempurna tapi bermakna

Alunan lagu "Tak Sempurna" dari Bondan Prakoso & Fade 2 Black dari ipod seorang anak laki-laki kecil yang duduk di bangku seberang kamar ICU  seakan mewakili perasaan Ratri kali ini. Ratri menatap anak itu, tanpa sadar air matanya mengalir di kedua pipinya.

"Tante kenapa nangis?" anak kecil itu menghampirinya kemudian duduk di sampingnya.
Ratri menghapus air matanya, "Gak apa-apa, kamu anak kecil kok disini?"
"Aku mau memberikan semangat ke kakakku yang baru aja operasi ginjalnya. Kakakku baik lho tante, dia selalu mau jika aku ajak bermain mobil-mobilan. Kalau tante nungguin siapa?" tanya anak kecil yang mungkin usianya baru sekitar 7 tahun itu.
"Tante lagi nungguin suami tante yang baru aja kecelakaan. Semoga kakak kamu lekas sembuh ya." jawab Ratri seraya mengusap kepalanya.
"Makasih tante." Anak itu berlari kembali ke mama dan papanya.

Bagas, suami Ratri adalah seorang pemadam kebakaran yang kini sedang dalam masa kritis setelah mengalami kecelakaan kerja. Bagas menderita luka bakar serius hampir 90% di tubuhnya. Laki-laki itu mendapatkan tugas memadamkan api di sebuah kampung padat penduduk. Dia mengalami kecelakaan ketika menyelamatkan seorang anak perempuan yang waktu itu terjebak dalam rumahnya yang kebakaran. Sial, dia tertimpa atap rumah yang terbakar ketika hendak keluar dari kobaran api. Untungnya anak perempuan yang diselamatkannya tak mengalami luka bakar serius. Anak itu berada di dekapan Bagas ketika atap rumah menimpa mereka. Kini dua hari sudah Bagas ada di ruang ICU dan setelah operasi dia belum sadarkan diri.

Serupa bunga tanpa mahkota
Seperti air mineral tanpa o2
Ku tlaah jauh kembali susunan alam
Menggali artifakmu lebih mendalam

Karna satu alasan walau itu buruk
Kucinta semua walaupun kau tak berbentuk
 Aku seperti Plato dalam pemahaman
Dunia indrawi bukan bentuk keindahan

Mungkin kau mengerti mungkin kau tidak
Masa lalumu seperti gading yang bisa retak
Mungkin kau sadari mungkin kau tidak
Tapi kuyakin kau tetap yang sempurna

Suara dari anak jalanan yang mencoba ngerap menirukan gaya Fade 2 Black ketika bernyanyi sementara yang satunya tepuk tangan dengan gelas bekas minuman mineral di tangan kirinya.

"Makasih pak." kata salah seorang anak jalanan yang baru saja mendapatkan lembaran uang seribuan dari pak sopir taksi yang ditumpangi Ratri. Mereka kemudian lari ke pinggir jalan di bawah lampu lalu lintas karena lampu sudah hijau. Ratri mencoba meresapi lirik demi lirik di lagu tersebut. Dia meyakinkan pada dirinya sendiri bahwa dia harus bisa menerima dan mencintai Bagas walaupun Bagas tidak lagi seperti dulu. Hari ini Ratri mendapatkan kabar dari mertuanya bahwa Bagas telah siuman dan telah dipindahkan di ruang perawatan. Ratri tadi malam memang tak menunggui suaminya di rumah sakit, dia disuruh pulang oleh ibu mertuanya karena dua hari Ratri tak tidur selama di rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Ratri bergegas menuju kamar dimana Bagas dirawat. Ratri menangis ketika melihat suaminya dibebat perban hampir di seluruh tubuhnya-- hanya bagian mata dan mulut yang tak diperban. Kedua mertuanya keluar, membiarkan mereka saling menumpahkan rasa.

"Ma, aku ikhlas jika kau meninggalkanku dan aku rela jika kau mencari penggantiku. Apapun yang membuatmu bahagia aku akan ikut tersenyum." Bagas memecah suasana, karena dari tadi Ratri hanya menangis.
"Tidak pa, manusia macam apa aku jika hanya kau tak seperti dulu aku meninggalkanmu. Bahagiaku adalah selalu bersamamu, Pa." air mata Ratri mengalir semakin deras.
 "Tapi aku tak sempurna lagi, Ma. Aku tak seperti dulu."
"Bukankah dulu kau juga tak sempurna? dulu kau sendiri yang bilang kalau semua manusia tak ada yang sempurna. Dan kau sendiri pula yang mengatakan bahwa sempurna itu ketika kita mampu menerima ketidaksempurnaan. Masih ingatkah kau mengatakan itu saat kita mengetahui bahwa aku tak mampu memberikanmu keturunan karena rahimku harus'diangkat' karena mengalami peradangan." Tangis Ratri semakin menjadi.
"Tapi untuk menghapus air matamu saja aku tak mampu, Ma."
"Aku bisa menghapusnya sendiri, Pa."
"Tapi Ma.."
"Tak ada lagi tapi, kau juga dulu yang mengatakan bahwa kita tak pernah terikat tapi kita bergandengan, karena ada rasa sakit dan paksaan dalam ikatan. Sekarang kita serahkan segalanya pada Sang Maha Sempurna, biarlah dua orang yang tak sempurna ini menjalani hidup dengan bahagia." Ratri menggengam tangan Bagas dengan erat. Kemudian Ratri menyanyikan lagu untuk Bagas..

Meski lemah kau tetap hal yang terindah
Kau yang terindah
Meski rapuh kau tetap hal yang terindah
Kau yang tak sempurna

Kukagumi kelemahanmu
Kucintai semua kekuranganmu
Itu bagiku indah
Kau yang tak sempurna

Tanpa sadar dua butiran air mata nampak di mata Bagas. Keduanya menangis bahagia sambil saling menggenggam tangan.

Ketika kita mampu mencintai dan menerima kelemahan dan kekurangan maka lahirlah rasa kesetiaan. Kadang kita memang tak mengerti dengan apa yang diberikan hidup. Hidup memang bukan untuk dimengerti tapi harus dijalani.


@AriOtnaigus :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar